Rehat  

Megahnya Masjid Raya Sumbar, Salah Satu Destinasi Wisata Religi Anda

JIKA Anda liburan ke Kota Padang, cobalah mampir ke Masjid Raya Sumatera Barat yang punya arsitektur unik. Tempat ibadah sekaligus arsitektur ini dirancang tahan gempa, namun tetap sangat megah. Sumatera Barat patut berbangga. Kini, provinsi tersebut punya masjid raya besar dan megah yang arsitekturnya tersohor di mata wisatawan. Masjid ini jadi destinasi religi dan arsitektur di ibukota Sumbar.

Masjid ini berada di tempat paling stategis, persis di jantung ibu kota. Tepatnya, di persimpangan antara Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan KH Ahmad Dahlan, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Masjid Raya Sumatera Barat atau juga dikenal dengan sebutan Masjid Mahligai Minang ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat.

Secara umum, arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran Minang sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, arsitektur masjid ini juga menggambarkan kejadian peletakan batu Hajar Aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh empat orang perwakilan suku di Kota Mekkahpada setiap sudutnya.

Masjid ini merupakan hasil rancangan dari arsitek Rizal Muslimin, yaitu pemenang sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat yang diikuti oleh 323 peserta arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007. Dibangun dengan struktur dan desain konstruksi yang kuat, anti guncangan sehingga diharapkan aman dari guncangan gempa hingga 10 skala richter.

Arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, jika dilihat dari atas, masjid ini memiliki 4 sudut lancip yang mirip dengan desain atap rumah gadang, hingga ukiran Minang dan kaligrafi pada dinding bagian eksterior masjid.

Selain untuk beribadah, Masjid Raya Padang yang memiliki kapasitas 20.000 jamaah ini juga dirancang sebagai shelter lokasi evakuasi korban tsunami yang ada di lantai 2 dan 3. Sedangkan lantai dasar memiliki daya tampung 15.000 jamaah, dan lantai 2 dan 3 berkapasitas 5000 jamaah.

Masjid Raya ini fungsinya tidak sebatas rumah ibadah. Bangunan yang berada tak jauh dari Pantai Padang itu, dirancang mampu menahan guncangan gempa mencapai 10 SR dan dapat dijadikan sebagai shelter lokasi evakuasi tsunami, memanfaatkan lantai II dan lantai III masjid.  Masjid tersebut mampu menampung sekitar 20.000 jamaah. Dengan rincian, lantai dasar masjid menampung 15.000 jemaah serta lantai II dan III sekitar 5.000 jamaah.

Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid ini dilakukan pada 21 Desember 2007 oleh Gubernur Gamawan Fauzi. Menurut rencana masjid ini akan memiliki tiga lantai yang diperkirakan dapat menampung sekitar 20.000 jamaah, yakni sekitar 15.000 jamaah di lantai dasar dan selebihnya di lantai dua dan tiga.

Masjid ini dibangun di lahan seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas bangunan utama kurang dari setengah luas lahan tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga menyisakan halaman yang luas. Di halaman tersebut akan dibuat pelataran, tempat parkir, taman, dan tempat evakuasi bila terjadi tsunami (shelter )

Pengerjaan pembangunan masjid ini dilakukan oleh PT.Total Bangun Persada dalam beberapa tahap. Tiga tahap pertama telah selesai dikerjakan, mulai dari pekerjaan persiapan, pengurukan tanah, dan pemasangan struktur bangunan, kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan ruang salat dan tempat wudu, hingga pemasangan keramik pada lantai dan ukiran sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar (fasad). Tiga tahap pembangunan tersebut masing-masing menghabiskan biaya sebesar Rp.103,871 miliar (2008 dan 2009), Rp.15,288 miliar (2010), dan Rp. 31 miliar (2011).

Sejak tahun 2012 pelaksanaan pembangunan masjid ini dilakukan dengan sistem tahun jamak.Pada pertengahan tahun 2012, pengerjaan pembangunan telah memasuki tahap keempat. Pada tahap tersebut telah dikucurkan anggaran sebesar Rp. 25,5 miliar untuk menyelesaikan pengerjaan shelter dan tempat parkir, yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2013 dilanjutkan dengan pembangunan lanskap dan pemasangan kubah. Pada tahun 2014  dibangun empat menara masing-masing setinggi 100 meter.

Sementara itu, biaya pengerjaan pembangunan masjid yang diperkirakan membutuhkan biaya mencapai Rp. 500 miliar lebih ini hingga saat ini seluruhnya diambil dari APBD provinsi Sumatera Barat, sedangkan bantuan dari pihak lain belum mengalir; Kerajaan Arab Saudi pernah mengirim bantuan sebesar Rp.500 miliar, namun karena terjadi gempa bumi pada tahun 2009 bantuan itu kemudian dipergunakan untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sumatera Barat.

Sebenarnya sejak tahun 2014, masjid ini sudah dapat digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan ibadah dan keagamaan seperti tablig akbar, wirid, salat lima waktu hingga salat Ied, namun masyarakat masih ragu sebab pembangunan masjid ini masih terus berjalan.

Meskipun bukan untuk yang petama kali ke masjid ini, namun pada kesempatan di awal minggu bulan Ramadan tahun ini, saya bersama seorang adik, Muhammad Rafi melaksanakan ibadah salat tarawih di masjid yang disebut juga dengan nama Masjid Mahligai Minang ini. Entah mengapa diberi nama seperti itu, mungkin karena arsitekur bangunan yang khas Minangkabau.

Arsitek yang merancang masjid ini bernama Rizal Muslimin ini. Bangunan utama Masjid Raya Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai dengan luas area sekitar 40.343 meter persegi yang mampu menampung sekitar 20.000 jamaah. Tak hanya itu, masjid ini dirancang mampu menahan gempa hingga 10 SR sekaligus shelter lokasi evakuasi bila terjadi tsunami. Lantai dasar masjid dapat menampung 15.000 jemaah, lantai kedua dan ketiga sekitar 5.000 jamaah.

Untuk saat ini pada lantai pertama masjid terdapat ruang salat, toilet, wudhu, juga areal parkir. Lantai kedua yang merupakan ruang utama dalam masjid ini digunakan sebagai tempat salat. Lantai ketiga yang berbentuk letter U dapat digunakan untuk beribadah sebab belum dikeramik masih proses pembangunan.

Ruang utama memiliki interior yang menarik dan unik. Pada tahun 2015 ini interior di dalam masjid baru dipasang, bagian mihrabnya dibuat menyerupai bentuk batu Hajar Aswad dengan atapnya terdapat ukiran nama-nama Asmahul Husna yang berwarna emas dengan latar putih. Karpet permadani yang digunakan untuk sajadah ini merupakan hadiah kiriman dari pemerintah Turki.

Nah, uniknya, masjid ini tidak memiliki kubah melainkan beratap khas rumah Minangkabau. Masyarakat Sumatera Barat terkenal dengan pepatah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang artinya adat bersendikan kepada agama, dan agama bersendikan kitabullah (Al-Quran).

Hal itu yang tercemin dalam Masjid Raya Sumatera Barat ini. Sebenarnya, atap masjid ini menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah. Bila diperhatikan, keempat sudut dari atap masjid ini berbentuk gonjong yang seperti yang terdapat pada rumah adat Minangkabau.

Kemudian, dinding masjid berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan empat sudut yang mengandung arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Pada eksterior Masjid Raya Sumatera Barat terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau.

Nah, bentuk dinding masjid yang memiliki ukiran segitiga yang didalamnya terdapat enam sudut ini sempat menjadi perbincangan berbagai kalangan, namun sebenarnya memiliki filosofi yaitu tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin (ulama, ninik mamak, cadiak pandai) yang harus memegang teguh rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.

Di kalangan pengguna sosial media terutama Instagram, Masjid Raya Sumatera Barat menjadi objek yang menarik untuk berfoto dan bernarsis ria. Bahkan menjadi suatu kebiasaan baru bagi masyarakat yang baru datang ke masjid ini, usai beribadah mengabadikan moment berfoto-foto dan selfie sembari berkeliling menikmati setiap sudut keunikan dan kemegahan masjid. (DP)