Berita  

Penyebab Infective Endocarditis, Sakitnya Pak Bondan

Seruni.id – Pakar kuliner Indonesia, Bondan Winarno, telah berpulang pada pagi ini, Rabu, 29 November 2017. Bondan, pria yang terkenal dengan gimmick ‘Maknyus’ tersebut, meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.

Ya, kata ‘Maknyus,’ sangat melekat pada sosok seorang Bondan Winarno. Kata itu selalu disebutnya dalam sebuah program kuliner yang dulu ia sebagai presenternya. Maknyus identik dengan berbagai hidangan lezat, dan sebutan itu juga yang telah melambungkan nama Bondan.

Bondan selalu menyebut ‘Maknyus’ untuk menggambarkan enaknya makanan yang dia santap dalam acara kuliner tersebut. Maknyus pun menjadi populer dan banyak digunakan masyarakat untuk mengungkapkan kelezatan suatu makanan.

Akan tetapi, ternyata di balik ketenaran kata dalam acara kuliner tersebut, Bondan menyimpan satu penyesalan. Penyesalan karena dia hanya mengungkapkan kelezatan suatu makanan tanpa menyinggung sedikitpun tentang gizi dari makanan tersebut.

“Penyesalan saya, kenapa selama ini saya enggak terlalu menyinggung soal gizi. Saya ngomong soal maknyus, kalau cari makanan harus yang maknyus. Tapi enggak ngomongin pentingnya gizi, padahal itu rohnya makan,” kata Bondan seperti yang dilansir oleh VIVA, Maret 2014 yang lalu.

Sebagai seorang pengamat kuliner, Bondan tahu benar bagaimana pola konsumsi masyarakat Indonesia yang seringkali salah. Pengetahuan masyarakat yang minim seputar gizi membuatnya sedih dan prihatin.

Sebelum meninggal, Bondan diketahui sakit dan dua kali dirawat di RS. Bondan disinyalir mengalami infeksi di permukaan jantung atau infective endocardiatis (IE) yang menjadi penyebab kematiannya.

Dilansir dari laman E Medicine, IE didefinisikan sebagai infeksi pada permukaan endocardial pada jantung, yang mencakup satu atau dua bagian katup jantung yakni mural endocardium atau septal defect. Kondisi tersebut berdampak kerusakan pada jantung, yang memicu gagal jantung kongestif dan miokardial abses.

Seperti yang dilansir oleh heart.org, penyebab kondisi infeksi ini dipicu beberapa jenis bakteri seperti S aureus dan kelompok B streptococci. Bakteri tersebut masuk ke dalam darah dan menelusup ke dalam sel sel tubuh, untuk kemudian masuk ke sel jantung.

Kehadiran bakteri tersebut bisa disebabkan beberapa hal, yaitu seperti pemakaian sikat gigi yang memicu perdarahan pada gusi dan gigi. Bahkan, sebuah studi menemukan, mereka yang memiliki kesehatan gigi buruk sehingga memicu perdarahan gusi saat sikat gigi, berisiko mengembangkan bakteri di darahnya.

Menurut sebuah studi tahun 2009 di Amerika Serikat, insiden IE terjadi sebanyak 12,7 kasus per 100 ribu orang per tahun. Kasus IE tersebut memiliki risiko lebih tinggi pada orang-orang yang berusia lanjut yakni di atas 50 tahun. Bahkan, 50 persen dari kasus IE itu didominasi oleh orang-orang yang berusia lanjut. Pada pria, kasus ini juga 3 kali lebih rentan terjadi dibandingkan pada kaum wanita.

Bahkan bisa dikatakan semua kelompok usia memiliki risiko alami penyakit ini. Pada anak, adanya penyakit jantung bawaan juga meningkatkan risiko tinggi pada kasus IE. Sedangkan, pada orang dewasa, orang yang pernah melakukan transplantasi atau bedah jantung, turut berisiko mengalami IE.

Kematian pada kondisi ini erat kaitannya dengan meningkatnya usia yang disertai penyakit lain seperti gagal jantung kongestiv, komplikasi sistem saraf pusat, serta diabetes melitus. Namun, deteksi pada gejalanya sejak dini bisa memperkecil keparahan kasusnya.

Gejala IE yang sangat khas meliputi demam tinggi, detak jantung cepat melebihi normal, berkeringat di malam hari, nyeri sendi, bengkak pada kaki, batuk sementara dan nyeri otot. Biasanya, gejala IE tersebut bisa ditangani melalui antibiotik dosis tinggi melalui infus.

Jadi Moms, jaga pola makan yang sehat. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Serta lakukan yang mendalam untuk pencegahaan secara dini dari berbagai macam penyakit, termasuk IE ini.

Semoga bermanfaat untuk keluarga ya Moms.

 

-Arumadewi-

Dari berbagai sumber