Bukit Pinus

malesmandi.com
di dekat pintu berpagar perdu

geram dedaun teh tak lagi sempat

badai lewat, tak ada yang tercatat

kembang sepatu berbunga,

tumbuh di sisi jalanan,

dimakan oleh kudaku

kesunyian itu —

meresap ke dalam batu-batu

seekor jengkerik menangis

puncak-puncak kabut

berguguran, betapa banyak

gunung rembulan

dari Gunung Atsumi

hingga ke Fuku-ura

mendingin senja hari

merah memerah

matahari terhentikan

angin musim luruh

sepanjang malam hari

simak desau angin gugur

di belakangan tegak gunung

bulan musim panen

iklim baik di Hokkuku

jangan tergantung pada cuaca

berkaca di wajah mekar bunga

merasa malukah engkau,

duhai bulan berbalut kabut?

sepanjang apa pun hari

tak juga cukup untuk berlagu-

burung kecil itu!

sambar halilintar:

jerit tangis bangau

menikam kegelapan

jalan kecil di pegunungan–

terbit cahaya matahari

menembus aroma prem

semak bersisian jalan

semakin dekat kau tampak

bunga-bunga bermekaran

bulan masih ada di sana

mempertegas betapa jauh rumah

musim panas di Suma

di cabang yang telanjang

hinggap seekor gagak

remang petang musim gugur

krisan berbunga putih

terperangkap di mata

tak satu ada: bercak debu

kampung itu betapa tua

tak ada satu rumah pun

tanpa sepohon kesemak.

(sumber)