Aina Gamzatova, Perempuan Berjilbab Pesaing Putin di Pemilu Rusia 2018

Seruni.id – Aina Gamzatova, seorah muslimah, menyatakan dirinya siap bersaing melawan Presiden Rusia Vladimir Putin di pemilu Rusia pada Maret 2018 mendatang. Sosok Aina Gamzatova yang berkeinginan menantang Putin di pemilu Rusia yang akan datang yang merupakan seorang perempuan muslim, keputusannya tersebut menghebohkan Negara Beruang Merah tersebut.

Melalui akun jejaring sosial Facebook, Gamzatova mengatakan bahwa dia ingin Rusia bersatu untuk melawan kelompok yang hendak mendirikan negara terpisah di Kaukasus Utara di bawah hukum Islam. Namun, ia tidak ingin pencalonannya dianggap sebagai usaha seorang Muslim untuk bersaing dengan Vladimir Putin.

Langkah Gamzatova menuju pemilu menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak. Nah, terlepas dari pro-kontra keputusan langkah yang diambil Gamzatova, mari kenal lebih dekat dengan sosok Aina Gamzatova.

Aina Gamzatova lahir pada 1 Oktober 1971 di Makhachkala, Dagestan, Rusia. Gamzatova merupakan putri dari pasangan Gamzatov Zairbek Omarovich dan Gamzatova Patimat Gamzatovna.

Ayah dari Gamzatova adalah seorang guru yang telah mengajar di Sekolah Teknik Hidromelioratif Dagestan. Sementara ibunya sempat menjadi guru di Sekolah Menengah Gotsatlinskoy namun kemudian bekerja di Rumah Sakit Uchkhoz Makhachkala.

Pada saat Gamzatova berusia 33 tahun, tepatnya pada 2004, kedua orangtuanya yang tewas dalam kecelakaan mobil.

Sejak kecil, Gamzatova sudah memiliki banyak prestasi. Pada 1989, ia mengenyam pendidikan di bidang Jurnalistik di Universitas Negeri Dagestan dan sudah melakukan kerja magang di stasiun televisi dan di media cetak ‘Youth of Dagestan’ sejak tahun pertama dirinya kuliah. Pada 1995, Gamzatova menjadi penasihat media dan hubungan masyarakat diri di Republik Dagestan. Di tahun yang sama, ia juga bekerja untuk saluran televisi dan radio Dagestan sebagai penyunting segmen sosial dan politik.

Kariernya kian melesat saat Gamzatova dijadikan pemimpin redaksi media cetak Al-Salam pada 1997 hingga 2012. Dua tahun kemudian, media cetak Islamic Herald juga menjadikan Gamzatova sebagai pemimpin redaksi. Namun, Gamzatova hanya bertahan di sana sampai 2001.

Setelah lepas dari Islamic Herald, Gamzatova menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah Islam. Di bawah kendalinya, majalah tersebut mampu mencapai 150 ribu kopi yang didistribusikan di wilayah-wilayah Federasi Rusia dan Persemakmuran Negara-negara Merdeka.

Pada tahun 2002 hingga 2003, Gamzatova menjadi Asisten Atayev Arsen Atayevich yang merupakan Kepala Administrasi Dewan Negara dan Pemerintahan Republik Dagestan pada saat itu. Ternyata tidak hanya di bidang media dan pemerintahan, Gamzatova juga sempat menjadi rektor Universitas Islam Kaukasus Utara sejak 2002 hingga 2005.

Setelah kesuksesan karir diraihnya, kemudian Gamzatova mendirikan lembaga amal bernama ‘Path’ pada 2009. Sejak 2010, ia menjadi pemimpin redaksi media analisis terbesar di Rusia, Islam.ru. Islam.ru memiliki saluran televisi, radio, media cetak, hingga buku. Gamzatova juga menjadi Wakil Rektor Sekolah Hukum di Republik Armenia sejak 2015.

Gamzatova juga turut aktif dalam seminar internasional seperti pada Maret 2016, ia tergabung dalam Konferensi Institusi Rusia untuk Ilmu Strategis bertajuk “Persekusi Kristen di dunia modern: aspek geo-politik.” Kemudian pada Oktober 2016, Gamzatova mengikuti diskusi meja bundar bertajuk “Filsafat Jurnalisme Nasional: Mutiara Rusia – Warisan Budaya.” Terakhir pada November 2016 ia berpartisipasi dalam XX World Russian’s People Council.

Gamzatova juga telah menulis buku berjudul ‘Our Religion to Us is Your Religion to You’ pada 2007, ‘Submissive to God of Obedient to the Devil’ dan ‘On Wahhabism’ pada 2008.

Untuk kehidupan pribadinya, Gamzatova menikah dengan seorang Mufti di Dagestan bernama Akhmad Abdulaev yang merupakan ulama yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan memberi fatwa pada umat. Sebelum menikah dengan Akhmad Abdulaev, Gamzatova menikah dengan Said Muhammad Abubakarov, seorang pemimpin sufi dengan 1000 pengikut.

Abubakarov tewas akibat ledakan mobil pada 1998. Namun hingga kini pembunuhnya belum dapat ditemukan. Kelompok radikal diduga menjadi dalang di balik kematian Abubakarov tersebut.

Peluang menang Gamzatova melawan Putin memang sangat kecil, meski 20 juta Muslim dari 140 juta warga Rusia memberikan suara kepadanya. Namun, kampanye Gamzatova dianggap sebagai suatu cara memperbaiki citra perempuan Muslim di Rusia. Selain itu, Gamzatova dinilai dapat memperbaiki situasi di Dagestan yang miskin, berpenduduk padat, dan multi etnis.

“Bahkan jika dia kalah, orang akan tahu bahwa seorang perempuan berjilbab tidak hanya seorang perempuan yang tidak tahu apa-apa dan bodoh, tapi juga merupakan sosok yang berpendidikan, bijaksana dan dihormati,”tulis mantan juara Olimpiade dalam tinju dan wakil menteri olahraga Dagestan, Gaidarbek Gaidarbekov, di Instagram.

Gamzatova mungkin akan mendapatkan sejumlah besar suara di Dagestan dan Kaukasus Utara, sesuatu yang akan merusak citra Putin di wilayah yang menggerogoti pengangguran yang sangat bergantung pada subsidi federal dan di mana.

“Dia pasti akan mendapatkan suara mayoritas dan Putin tidak akan mendapatkan 146 persen tradisinya dari republik ini,” tulis Magomedov, mengacu pada sebuah lelucon di kalangan kritik Kremlin tentang persentase loyalitas Putin.

Pakar lain juga mengungkapkan pencalonan Gamzatova mendiversifikasi pada calon presiden Rusia yang yang biasanya dikuasai oleh laki-laki.

 

-Arumadewi-

Dari berbagai sumber