Akhlaq Siswa Terhadap Guru

Seruni.id – Beberapa waktu belakangan ini begitu banyak kejadian kekerasan terhadap guru. Banyak berita yang memberikan informasi bahwa banyak guru yang dipukul, dianiaya oleh siswanya sendiri, bahkan ada yang sampai meninggal akibat dianiaya oleh siswanya.

Tidak hanya berkata keras dan kasar, tapi juga siswa-siswa tersebut sangat berani untuk memukul dan menganiaya gurunya. Miris dan sedih mengetahui hal tersebut. Padahal seorang guru seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik dan dihormati oleh para siswanya.

Seperti yang diketahui bersama bahwa guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu. Guru memiliki julukan yang mulia, yaitu “para pewaris nabi”. Kedudukan para guru bisa dikatakan tinggi di hadapan Sang Pencipta.

Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang siswa berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”

Ada baiknya siswa diberi pelajaran adab terhadap guru. Agar moral yang sekarang ini telah terkikis bisa diperbaiki.

Maka seperti apa akhlaq siswa yang baik kepada seorang guru yang seharusnya diterapkan?

1. Menghormati guru

Para suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,

مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.

Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan,

تواضعوا لمن تعلمون منه

“ Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.

Al Imam As Syafi’i berkata,

كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak balikkan kertas  di depan  Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya beliau tak mendengarnya”.

Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.

Seorang siswa juga harus memperhatikan akhlaq-akhlaq ketika berada di depan guru

2. Akhlaq Duduk

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang berakhlaq, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”

Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi  juga tidak membelakangi gurunya”.

3. Akhlaq Berbicara

Untuk berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan ilmu dan kebaikan kepada kalian, haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, siswanya Rasulullah, mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapan Rasulullah. Bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara  Umar jika berbicara.

Di hadist Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

4. Akhlaq Bertanya

Bertanyalah kepada para guru, maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai akhlaq di dalam Islam.

Para ulama telah menjelaskan tentang akhlaq bertanya ini. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan  harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga  tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya.

Seorang siswa seharusnya tidak bertanya sampai diizinkan. Maka jika seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan, Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf berkata,

ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً

“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru-guruku semuanya.”

5. Akhlaq dalam Mendengarkan Pelajaran

Ketika kita berbicara dengan seseorang tapi tidak didengarkan, kita pasti akan merasa kesal. Maka bagaiamana perasaan seorang guru jika melihat siswa sekaligus lawan bicaranya itu tidak mendengarkan? Sungguh merugilah para siswa yang membuat hati gurunya kesal

Perlu diketahui kisah Nabi Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan oelh gurunya, Nabi Khidir. Juga para sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka.

Bahkan di riwayatkan, Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat teman-temannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran. Hal tersebut dilakukan karena Yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.

Oleh karena itu jika ada guru sedang menerangkan ilmunya, para siswa seharusnya tidak sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya.

6. Mendoakan Guru

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ أَتَى إِليْكُم مَعْروفاً فَكَافِئُوه فَإِنْ لَمْ تَجِدوا فَادْعُوا لَهُ، حَتَّى يَعلَمَ أن قَد كَافَئْتُمُوه

“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah 254)

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal. 91).

7. Memperhatikan Akhlaq dalam Menyikapi Kesalahan Guru

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

كل ابن آدم خطاء و خير الخطائين التوابون

“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari mereka adalah yang suka bertaubat” (HR. Ahmad)

Para guru bukan malaikat, yang tanpa kesalahan. Guru tetap berbuat kesalahan. Namun, sebagai siswa, jangan juga mencari cari kesalahannya, ingatlah firman Allah.

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (QS. Al Hujurot:12).

Allah melarang mencari kesalahan orang lain dan menggibahnya, larangan ini umum tidak boleh mencari kesalahan siapapun.

Lantas, bagaimanakah jika aib para ulama, dan para pengajar kebaikan yang tersebar? Sungguh manusia pun akan menjauhi mereka, ilmu yang ada pada mereka seakan tak terlihat, padahal tidaklah lebih di butuhkan oleh manusia melainkan para pengajar kebaikan yang menuntut hidupnya ke jalan yang benar. Belum lagi aib-aib dusta yang tersebar tentang mereka.

Namun, ini bukan berarti menjadi penghalang untuk berbicara kepada sang guru atas kesalahannya yang tampak, justru seorang siswa harus berbicara kepada gurunya jika ia melihat kesalahan gurunya.

Yang penting dilakukan terkait akhlaq dalam menegur guru.  Menegur guru dilakukan dengan cara yang sopan dan lembut saat menegur dan tidak menegurnya di depan orang banyak.

8. Meneladani Penerapan Ilmu dan Akhlaknya

Merupakan suatu keharusan seorang siswa untuk dapat mengambil ilmu serta akhlak yang baik dari gurunya. Para guru, ulama,  serta ustad begitu tinggi akhlak mereka, tak lepas wajahnya menebarkan senyum kepada para siswa. Kesabaran mereka dalam memahamkan pelajaran, sabar menjawab pertanyaan para siswa yang tak ada habisnya, jika berpapasan di jalan malah mereka yang memulai untuk bersalaman.

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwah atau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya, karena tujuan seorang siswa duduk di majelis seorang guru mengambil ilmunya kemudian akhlaknya.”

9. Sabar dalam Membersamainya

Tidak ada satupun manusia di dunia ini kecuali pernah berbuat dosa, sebaik apapun agamanya, sebaik apapun amalnya nya, sebanyak apapun ilmunya, selembut apapun perangainya, tetap ada kekurangannya. Tetap bersabarlah bersama mereka dan jangan berpaling darinya.

Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan,

اصبر على مر من الجفا معلم. فإن رسوب العلم في نفراته

“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru. Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”

Besar jasa mereka para guru yang telah memberikan ilmunya kepada manusia, yang kerap menahan amarahnya, yang selalu merasakan perihnya menahan kesabaran, sungguh tak pantas seorang siswa ini melupakan kebaikan gurunya, dan jangan pernah lupa menyisipkan nama mereka di lantunan doamu. Semoga Allah memberikan rahmat dan kebaikan kepada guru guru kaum Muslimin. Semoga kita dapat menjalankan akhlaq akhlaq yang mulia ini.

Semua ini penting diketahui siswa, karena jika seorang siswa menghormati guru, maka ilmu yang diperoleh bisa manfaat.

Seorang penyair berkata: “Sesungguhnya guru dan dokter keduanya tidak akan menasihati kecuali bila dimuliakan. Maka rasakan penyakitmu jika tidak menuruti dokter, dan terimalah kebodohanmu bila kamu membangkang pada guru.”

Jadi sangat jelas bahwa menghormati guru itu harus ditanamkan sejak dini kepada siswa, agar siswa mengetahui akhlaq terhadap guru, sehingga dalam menuntut ilmu para siswa diberi kemudahan untuk memahami berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada.