Begini Tips Atasi Pertengkaran dengan Pasangan

KONFLIK dengan pasangan sudah biasa terjadi. Hal ini bisa menjadi bumbu penyedap atau justru merusak keharmonisan pernikahanmu. Intinya, jangan menuruti hawa nafsu untuk marah saat bertengkar. Tetap tenang adalah kunci untuk mengarahkan pertengkaran ke jalan yang baik. Lagipula, beradu argumen dengan penuh emosi tidak baik bagi kesehatan

Hubungan yang masih baru biasanya dilewati dengan hari-hari yang indah. Tapi seiring berjalannya waktu dan saling mengenal karakter masing-masing, maka ada saja hal-hal yang bisa memicu pertengkaran. Jangan panik jika Anda baru pertama kali bertengkar dengan pasangan.

bertengkarBertengkar bukan berarti bahwa dia bukan orang yang baik atau sudah tidak lagi ada kecocokan. Menurut psikolog klinik dan pakar hubungan Dr. Seth, biasanya banyak pasangan yang baru pertama kali bertengkar sering salah mengartikan pertengkaran mereka.

“Kesalahan yang sering dibuat pasangan adalah membuat argumen mereka menjadi bereaksi berlebihan. Aksi berlebihan tersebut yang memicu pertengkaran hebat. Saat kamu baru pertama kali bertengkar, tanyakan pada dirimu: apakah aku terlalu emosional atau apakah kekasihku terlalu emosional? Siapa yang lebih dulu emosional?,” kata Dr. Seth.

Hal tersebut sangat penting untuk diketahui agar bisa menemukan solusinya agar tindakan tersebut tidak terjadi berulang-ulang. Jika memang Anda yang terlalu emosional, maka tenangkan diri Anda dan pikirkan masa depan hubungan jika Anda menjadi wanita yang mudah tempramen.

bertengkar2Jika kekasih yang lebih mudah emosi, maka segera bicarakan hal tersebut setelah pertengkaran berakhir. “Anda perlu mengobrol serius dan tanyakan bagaiamana jika reaksinya yang berlebihan tersebut akan berlangsung terus-menerus ketika bertengkar. Anda harus mengetahui apakah Anda bisa menoleransi sikapnya tersebut di kemudian hari,” ucap Dr. Seth.

Setelah dibicarakan, Dr. Seth juga menyarankan agar membuat aturan berargumen di kemudian hari. Misalnya, Anda atau dia orang yang mudah terpancing emosi ketika sedang banyak pekerjaan. Jadi ketika ingin membahas hal-hal yang sensitif sebaiknya dilakukan di akhir pekan saat suasana tengah santai. Atau Anda bisa menentukan batas waktu saat berargumen, misalnya Anda dan kekasih tidak boleh saling marah atau ngambek lebih dari 24 jam.

Apapun itu aturannya, buatlah sebaik mungkin demi kenyamanan hubungan. “Pesan saya, pertengkaran pertama kali menjadi kesempatan yang baik untuk mengatur strategi atau dasar-dasar pertengkaran yang bisa saja terjadi selanjutnya,” kata Dr. Seth.

Namun, jika mengabaikan permasalahan yang menyebabkan Anda dan pasangan bertengkar bukanlah hal yang baik. Sebaiknya, Anda dan pasangan membicarakan masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya bersama.

“Saling berbagi dan mengemukakan pendapat dapat memperbaiki kondisi hubungan Anda dan pasangan,” kata Lesli M. W. Doares, konsultan pernikahan di California dan  penulis buku Blueprint for a Lasting Marriage: How to Create Your Happily Ever After With More Intention, Less Work.

“Kalau Anda tidak mengatakan hal yang mengganggu dari pasangan Anda, permasalahan yang sama akan terjadi berulang kali dan nantinya pertengkaran yang dihadapi bisa jadi lebih besar dari yang sebelumnya,” tuturnya.

bertengkar3Ketika sedang bertengkar, sangat wajar kalau kita menginginkan adanya perhatian dari beberapa teman atau keluarga yang mau mendengarkan.

Namun, perlu Anda ketahui bahwa pertengkaran dengan pasangan bukanlah konsumsi publik dan tidak harus diketahui oleh khalayak banyak, walaupun dalam bentuk lagu. “Hal ini bisa merusak kepercayaan pasangan Anda”, ujar Marni Feuerman, seorang psikoterapis dari Florida.

Selain itu, sekali saja Anda menceritakan pertengkaran tentang Anda dan pasangan di media sosial, orang lain yang membaca akan menghakimi dan bisa menuduhkan hal yang negatif pada Anda dan pasangan.

Mungkin sulit bagi kamu untuk mengatakan kelebihan pasanganmu ketika sedang diselimuti amarah. Namun percayalah, hal ini bisa memberi efek baik untuk pertengkaran yang kalian alami. Sebagai contoh, jika kamu tidak suka jika dia selalu pulang larut malam karena bekerja, kamu bisa mengatakan, “Aku tahu kamu seorang yang pekerja keras dan berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaanmu. Aku juga tahu kamu melakukan semua hal ini demi keluarga kita.”

saat ada masalah dengan pasangan, jangan membanding-bandingkan pasangan dengan mantan. gambar via: lensza.co.id
saat ada masalah dengan pasangan, jangan membanding-bandingkan pasangan dengan mantan. gambar via: lensza.co.id

Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan intonasi suara yang positif, kamu bisa mulai mengutarakan keinginanmu seperti berkata, “Tapi aku khawatir dengan kondisi kesehatanmu dan lagipula kita sudah jarang berkomunikasi. Aku dan anak-anak di rumah juga membutuhkanmu. Jadi aku pikir, mungkin ada baiknya jika kamu pulang sesuai dengan jam kerjamu atau tidak perlu ikut pergi bersama dengan teman-teman usai jam kantor jika hal tersebut tidak terlalu penting. Bagaimana menurutmu?”

Percakapan seperti ini lebih bisa menghasilkan hal yang positif ketimbang diawali dengan kalimat penuh amarah.

Selain itu, nada atau intonasi suara saat berargumen sangat menentukan akan dibawa ke mana pertengkaran kalian. Jika kamu berbicara dengan nada tinggi, kemungkinan perkataanmu untuk didengar lebih kecil, tapi malah bisa memanaskan suasana. Jika pasanganmu memakai nada tinggi, cobalah untuk tetap menanggapinya dengan suara tenang. Merendahkan volume suara kemungkinan bisa membuat orang lebih fokus membicarakan topik permasalahan. Sebaliknya, suara lantang bisa membuat orang emosi hanya dengan mendengar nada tersebut. (DP)