Ibu  

Jangan Terapkan 5 Sikap ini, karena Bisa Merusak Watak Anak!

momjunction.com

Seruni.id – Setiap orangtua memang akan di hadapkan dengan perubahan zaman. Hal ini yang akhirnya mau tidak mau, suka tidak suka, membuat orangtua zaman dulu dan zaman sekarang, memiliki perbedaan cara mengasuh anak. Namun, ada 5 sikap orangtua yang jika terus diterapkan, maka bisa merusak watak anak, secara perlahan pun sekejap waktu. Lantas, apa saja sifat yang dimaksud? Mari bahas bersama Seruni!

Related image
momjunction.com

Membanding-bandingkan

Banyak orangtua yang hingga hari ini menjadikan nilai akademik anak sebagai patokan keberhasilannya. Padahal, tiap anak memiliki kelebihannya masing-masing. Selama nilainya masih cukup, tak perlu orangtua memaksakan anak untuk bisa sebanding dengan nilai teman-temannya, karena kebiasaan buruk orangtua yang satu ini bisa merusak watak anak. Kenapa? Kamu tahu rasanya dibandingkan?

Kamu tahu jika kamu memiliki kelebihan sendiri yang berbeda dengan orang lain? Maka itu, jangan paksa anakmu untuk seragam dengan teman sebayanya, lebih baik kamu gali bakatnya ada di mana, dan maksimalkan di bagian itu. Agar di kemudian hari, ia bisa sukses di dunia, tanpa mengesampingkan agamanya, ya.

Bertengkar

Sebagai orang tua, konflik dengan pasangan kerap sulit untuk ditutupi dari anak. Karena emosi yang meluap-luap, pertengkaran pun terjadi di depan mereka. Padahal, studi ilmiah menunjukkan bahwa anak yang tumbuh di lingkungan yang sering terjadi konflik, akan cenderung lebih sulit beradaptasi, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan rentan mengalami depresi.

Bukan hanya masalah emosi, kesehatan fisiknya pun dapat terganggu, dan menyebabkan keluhan berupa badan sering lemas, hingga mudah terkena penyakit. Jadi, jangan biasakan hal buruk ini jika kamu tidak ingin merusak watak anak, ya.

Memaksakan Kehendak

Sikap orangtua lainnya yang bisa merusak watak anak adalah memaksakan kehendak yang kita anggap baik. Padahal, tidak selamanya yang baik menurut orangtua adalah hal yang disukai anak.

Contoh, kita beranggapan anak yang jago matematika adalah keharusan pun prestasi mengagumkan, padahal anak lebih tertarik dengan bidang olahraga. Kamu masih mau membatasi anak, dan memangkas mimpinya?

Kamu tega memaksa ia bertengkar dengan angka, sementara hati dan jiwanya senantiasa memikirkan olahraga, olahraga, dan olahraga. Selama apa yang ia yakini itu baik, sebagai orangtua, kamu hanya perlu mendukungnya.

Menunda Kemandirian

Meski ada ketakutan pada orangtua saat melepas anaknya untuk mandiri, seperti berangkat ke sekolah sendiri, pun membeli sesuatu di warung dekat rumah sendiri. Karena banyak tindak kejahatan yang melibatkan anak sebagai korban menimbulkan kekhawatiran.

Namun, bukan berarti sikap “melindungi” ini baik untuk anak. Sikap seperti ini justru bisa menunda kemandiriannya, dan membuat ia menjadi sangat bergantung pada orangtua, hingga takut bertemu dengan orang baru. Jangan sampai kita merusak watak anak, dan membuatnya memupuk cara pandang yang salah hingga dewasa.

Baca Juga: Ini Alasan Harus Berhenti Membicarakan Kejelekan Orang Lain!

Ghibah

Membicarakan orang lain di depan mereka juga bisa merusak watak anak kita, karena secara tidak langsung kita memberikan pandangan pada anak, jika membicarakan hal-hal yang buruk tentang orang lain adalah lumrah.

Apalagi kalau anak masih di usia pertumbuhan dan belum tahu mana yang baik dan benar, maka itu ada baiknya orangtua menahan diri untuk tidak menggunjingkan orang lain, saat anak berada di dekat kita, pun saat anak tidak ada.

Related image
uplifers.com

Karena, kebiasaan ini jelas-jelas tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan ghibah hanya menjadi penyumbang dosa untuk kita. Kamu mau dosamu terus bertambah? Team Seruni sih, tidak!