Sang Pengarung Samudera *

sate 200 tusuk. makan disini – wordpress.com

Madhu si juru perahu, perahunya

ditambatkan di dermaga Rajgunj.

Perahunya dimuati rami, sia-sia

sebab perahunya sudah lama ada

tertambat di sana, tak kemana.

Kalau saja, dia pinjamkan perahunya,

akan kupasangi dengan seratus dayung,

kubentang layar, lima atau tujuh tiang.

Aku tak kan pernah mengemudikannya

untuk singgahi pasar-pasar bodoh saja.

Aku harus melayari tujuh samudera,

dan tiga belas sungai di negeri mimpi.

Tapi, ibu, jangan tangisi aku di sudut itu.

Aku tidak pergi ke hutan seperti Ramachandra,

untuk balik setelah hanya empat belas tahun.

Kelak aku akan jadi pangeran dalam dongeng,

dan mengisi perahuku apa saja yang kumau.

Akan kuajak Ashu, sahabatku. Lalu kami

berlayar bersuka cita, mengarungi tujuh samudera

dan tiga belas sungai di negeri mimpi.

Lalu kami memasang layar di pagi dini hari.

Bila naik pasang malam, engkau mandi di kolam,

kami saat itu ada di negeri asing, raja yang asing.

Kami mengarungi samudera Tirpuni, dan

di belakang kami, padang pasir Tepantar.

Bila kami kembali, hari mulai gelap, maka

kukisahkan padamu, apa yang kami temu.

Aku telah menyeberangi tujuh samudera, dan

tiga belas arus sungai di negeri mimpi.

 

(Sumber)