Di Pasar Buah

pixabay.com
anggur. seperti menggigit merah butir-butir darah,
mengalir-menjalar-merambat ke batang lidah.
seperti hijau butir-butir tasbih, bila sebuah tersentuh,
maka sekali nama itu tersebut, adakah nama itu juga
mengalir-menjalar-merambat ke batang lidah?

jeruk. kepal tangan petinju kecil, memeram permen
manis-masam dalam genggam, ada yang mencair
tumpah ketika dihantamkan pukulan ke lidah,
aku ingin jadi kanak-kanak lagi, berlari-menari-
melompat-memanjat, di kebun, dari pohon ke pohon
berbuah lebat, kubayangkan sebuah ring, di sana
mulut berlidah kering, menyembunyikan taring.

pisang. menyisir lapar lidah, melepas kelat getah,
selengkung panjang, mengenang tabah batang,
pada kuning yang terang kudengar lagu petani,
berdendang tentang kelelawar sepasang yang
terpaksa terbang saat rumpun itu ditebang.

mangga. kutimbang juga seberapa panjang penantian,
petani yang menjaga pohon itu sejak menggali
lubang, lalu ia harus patuh pada musimmu, lalu
ia sabar menunggu mekar bunga-bunga kecilmu,
lalu ia girang saat kau mengisi seserat demi seserat
manis dagingmu, setetes demi setetes segar sarimu.

(sumber)