Tips Menjaga Kebugaran Tubuh Bagi yang I’tikaf di Malam Hari, Paginya Kerja

Seruni.id – Ramadan memasuki 10 hari terakhir, saatnya mencoba mendulang cinta Allah dengan ber-i’tikaf. Lalu, apa boleh beri’tikaf di akhir-akhir Ramadhan hanya pada malam hari saja karena pagi harinya harus kerja? Jawabannya, boleh.

Hal tersebut berdasarkan yang dikemukakan oleh jumhur (mayoritas) ulama. Mayoritas ulama berpendapat minimal waktu i’tikaf adalah lahzhoh, yaitu hanya berdiam di masjid dalam beberapa saat. Pendapat tersebut dikemukakan dalam madzhab Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan Ahmad.

Imam Nawawi berkata, “Waktu minimal itikaf sebagaimana dipilih oleh jumhur ulama cukup disyaratkan berdiam sesaat di masjid. Berdiam di sini boleh jadi waktu yang lama dan boleh jadi singkat hingga beberapa saat atau hanya sekejap hadir.” Lihat Al Majmu’ 6: 489.

Baca juga: Perempuan Haid atau Nifas Diperbolehkan I’tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan?

Berikut adalah alasan pendapat jumhur (mayoritas) ulama:

1. I’tikaf dalam bahasa Arab memiliki arti iqomah (berdiam). Arti dari berdiam di sini bisa jadi dalam waktu lama maupun singkat. Sebab, tak ada syari’at tidak ada ketetapan khusus yang membatasi waktu minimal I’tikaf.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “I’tikaf dalam bahasa Arab berarti iqomah (berdiam). … Setiap yang disebut berdiam di masjid dengan niatan mendekatkan diri pada Allah, maka dinamakan i’tikaf, baik dilakukan dalam waktu singkat atau pun lama. Karena tidak ada dalil dari Al Qur’an maupun As Sunnah yang membatasi waktu minimalnya dengan bilangan tertentu atau menetapkannya dengan waktu tertentu.” Lihat Al Muhalla, 5; 179.

2. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ya’la bin Umayyah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,

إني لأمكث في المسجد الساعة ، وما أمكث إلا لأعتكف

“Aku pernah berdiam di masjid beberapa saat. Aku tidaklah berdiam selain berniat beri’tikaf.” Demikian menjadi dalil Ibnu Hazm dalam Al Muhalla 5: 179. Al Hafizh Ibnu Hajr juga menyebutkannya dalam Fathul Bari lantas beliau mendiamkannya.

3. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Ibnu Hazm berkata, “Allah Ta’ala tidak mengkhususkan jangka waktu tertentu untuk beri’tikaf (dalam ayat ini). Dan Rabbmu tidaklah mungkin lupa.” Lihat Al Muhalla, 5: 180.

Al Mardawi rahimahullah mengatakan, “Waktu minimal dikatakan beri’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).” (Al Inshof, 6: 17)

Nah, karena syarat i’tikaf tersebut adalah berdiam walau sejenak, terserah di malam hari atau di siang hari. Walaupun saat 10 hari terakhir Ramadan yang dikejar adalah Lailatul Qadar, maka biasanya i’tikaf yang dilakukan di malam hari. Misalnya pada malam hari sehabis shalat tarawih, seseorang berniat diam di masjid dengan niatan i’tikaf dan kembali pulang ke rumah ketika waktu makan sahur, maka hal itu dibolehkan.

Akan tetapi, yang harus disadari lebih lanjut adalah konsekuensi dari i’tikaf di malam hari, lantas paginya bekerja, tentu saja bisa menyebabkan kurangnya jam istirahat tubuh. Jam istirahat yang berkurang dapat menurunkan konsentrasi otak dan stamina tubuh.

Oleh karena itu, agar stamina tubuh tetap terjaga kesehatan dan kebugarannya agar bisa tetap bekerja maksimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Utamakan Kualitas Tidur
Coba pilih, mana yang lebih baik, tidur 8 jam tapi berkali-kali terbangun di sela-sela tidur atau hanya tidur 3-4 jam tapi pulas tanpa gangguan? Tidur yang berkualitas dan tanpa gangguan akan membuat Anda terbangun dengan segar, sehingga rasa letih pun hilang.

2. Maksimalkan Jam Tidur
Ketika malam hari digunakan untuk meningkatkan ibadah, mencoba mendekat kepada Allah dan harus bangun untuk sahur bukan berarti jam tidur berkurang. Maksimalkan waktu beristirahat dengan menggeser jam tidur Anda. Geser jam tidur menjadi lebih awal, sehingga waktu beristirahat Anda tidak berkurang.

3. Hindari Aksi Balas Dendam
Untuk sebagian orang, bisa jadi waktu berbuka puasa seringkali menjadi saat “balas dendam” akan rasa lapar sepanjang hari. Ditambah lagi jika Anda kembali melahap hidangan berat setelah salat tarawih. Perlu diperhatikan, makan berlebihan dapat membuat perut terlalu penuh, sehingga sulit beristirahat lho. Maka, untuk mengatasinya, hindari makan berat dan camilan sebelum tidur.

4. Minimalisir Gangguan saat Tidur
Agar tidur lebih pulas dan berkualitas, hindari gangguan-gangguan yang membuat kualitas tidur menurun. Semakin minim gangguan, semakin pulas waktu istirahat Anda. Semakin berkualitas tidur maka tubuh akan tetap bugar.

5. Pilih makanan dengan Cermat
Hindari mengkonsumsi makanan kurang sehat, seperti makanan yang berminyak, makanan yang digoreng, makanan yang mengandung lemak tak sehat dan makanan yang mengandung gula yang tinggi. Hal tersebut dilakukan agar tubuh tetap sehat dan bugar karena konsumsi makanan sehat serta terjaga.

6. Makan Sayuran dan Buah-buahan
Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah, terutama saat sahur. Pada malam hari, saat terasa lapar, hindari makan yang berat ataupun cemilan. Ganti dengan makan buah-buahan sebagai pengganjal lapar.

7. Perhatikan Cara Makan
Saat berbuka terlebih dahulu minumlah air putih kemudian dilanjutkan memakan kurma. Setelah shalat maghrib, baru makan berat dengan disempurnakan kunyahannya hingga halus.

8. Konsumsi Suplemen
Disarankan mengkonsumsi suplemen untuk membantu membuat kondisi tubuh tetap fit walaupun waktu tidur berkurang.

9. Konsumsi Banyak Air Putih
Saat sahur ataupun berbuka puasa, minuman yang dikonsumsi sebaiknya air putih saja, bukan minuman yang berwarna apalagi minuman manis atau bersoda. Hal itu bisa menjaga kestabilan cairan di dalam tubuh yang membuat tubuh kita tidak dehidrasi dan terjaga kebugarannya.

10. Hindari Mengemudikan Sendiri kendaraan Pribadi
Selain hal-hal di atas, ada baiknya setelah i’tikaf malam harinya, tidak mengendarai sendiri kendaraan pribadi saat berangkat ke kantor. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah mengendarai kendaraan saat mengantuk. Sebagai penggantinya, banyak kendaraan umum, seperti bus, angkot, taxi, ojek ataupun menggunakan transportasi berbasis online. Bahkan selama perjalanan ke kantor dengan kendaraan umum, kita bisa mengistirahatkan sejenak tubuh kita selama perjalanan.

Nah, semoga tips di atas dapat membantu sobat meraih keutamaan Ramadan, i’tikaf. Semoga bermanfaat ya.