3 Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasihat Kepada Anak

kohaislame.com

Seruni.id – Ada kalanya nasihat atau pun kata-kata motivasi yang kita berikan pada anak tidak dapat diserapnya dengan baik. Terkadang kita sebagai orang tua tidak melihat momen dan situasi saat memberikan nasihat pada anak. Seringnya kita memberikan nasihat di saat tengah memarahi anak karena suatu kesalahan, sehingga tidak jelas apakah kita tengah memarahi atau memberikan nasihat.

Pemilihan waktu yang tepat akan meringankan tugas orang tua dalam memberikan arahan pada anak. Pemilihan waktu menjadi penting karena kadang hati anak dapat menerima arahan dari orang tua, namun ada kalanya anak menolak dan tidak menerima nasihat orang tua.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu memperhatikan secara teliti waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak dan menumbuhkan perilaku yang baik pada anak.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan panduan untuk kita tiga waktu mendasar untuk memberikan nasihat pada anak:

Dalam Perjalanan

Riwayat dimana Rasulullah tengah bersama Ibnu Abbas dalam perjalanan kemudian beliau memberikan nasihat kepada Abdullah bin Abbas.

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Hal diatas menunjukkan nasihat Nabi diberikan pada ruang terbuka, namun saat keadaan tengah berdua. Disaat seperti itulah anak siap menerima arahan menerima nasihat. Ketika dalam perjalanan jiwa kita selalu terbuka melihat sepanjang jalan.

Waktu Makan

Pada waktu ini, seorang anak selalu berusaha untuk tampil apa adanya. Sehingga terkadang ia melakukan perbuatan yang tidak layak atau tidak sesuai dengan adat sopan santun di meja makan. Apabila kedua orang tuanya tidak duduk bersama meluruskan kesalahan-kesalahannya tentu anak itu akan terus melakukan kesalahan tersebut. Dan jika orang tua tidak pernah menghabiskan waktu duduk dan makan bersama, maka orang tua akan kehilangan waktu yang berharga untuk memberikan nasihat pada anak.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam makan bersama anak-anak. Beliau memerhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akal dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah radhiyalahu anhuma, ia berkata: Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Tanganku bergerak ke sana ke mari di nampan makanan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda padaku, “Hai anak kecil, ucapkanlah basmallah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanmu.” Sejak itu, begitulah caraku makan.

Waktu Anak Sakit

Sakit dapat melunakkan hati orang-orang dewasa yang keras. Lalu bagaimana hati anak-anak yang masih lembut dan mudah menerima? Anak kecil ketika sakit ada dua keutamaan yang terkumpul padanya untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati ketika sakit.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memberi pengarahan kepada kita mengenai hal ini. Beliau menjenguk seorang anak Yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk Islam. Kunjungan ini menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang anak Yahudi yang menjadi pelayan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam datang menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya dan bersabda kepadanya, “Masuk Islamlah engkau.” Dia melihat ke arah bapaknya yang saat itu juga berada di sana. Si bapak berkata, “Turutilah Abul Qasim.”

Maka dia pun masuk Islam. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pergi sambil berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.” Anak Yahudi ini sehari-hari menjadi pelayan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau tidak mengajaknya masuk Islam sampai beliau menemukan waktu yang tepat untuk mendakwahinya. Beliau mendatanginya dan menjenguknya.

Bersabarlah dan tunggulah waktu yang tepat, waktu yang utama untuk menaburkan benih-benih keimanan agar tumbuh dalam pendidikan yang tepat.